OTP Jadi Pilihan Bagi Pengguna E-Wallet di Asia Tenggara
One time password (OTP) sebagai pilihan sebagian besar pengguna pada Asia Tenggara buat keamanan menggunakan perangkat lunak perbankan digital atau e-wallet. menurut sebuah laporan asal forum keamanan siber Kaspersky, sebanyak 67 % pengguna pada daerah Asia Tenggara menentukan penerapan OTP atau istilah sandi satu kali melalui SMS buat setiap transaksi.
Laporan berasal Kaspersky bertajuk ‘Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC’ ini secara tidak pribadi menunjukkan kian meningkatnya kesadaran pengguna pada beraktivitas pada ruang digital, terutama bidang perbankan.
“Ukuran pasar Asia Tenggara yang besar dalam hal pembayaran digital memberikan landasan yang panjang buat ekspansi. pada sektor yang kompetitif, perusahaan pembayaran wajib dievaluasi tidak hanya di penemuan mereka, tetapi pula di postur keamanannya,” istilah Yeo Siang Tiong, General Manager Kaspersky buat Asia Tenggara pada laporan tadi, Rabu (2/2).
“Kami bisa menarik berasal temuan kami bahwa pelanggan semakin menyadari nilai teknologi buat melindungi keuangan mereka secara online,” imbuhnya. Fitur keamanan yang diterapkan oleh penyedia layanan e-wallet cukup majemuk, mulai OTP, otentikasi 2 faktor (2FA), keamanan biometrik seperti pemindai wajah atau sidik jari, tokenisasi, hingga penggunaan machine learning atau pembelajaran mesin.
Asal sejumlah fitur keamanan yang ada, OTP sebagai prioritas primer bagi sebagian besar pengguna pada Asia Tenggara. OTP sebagai pilihan sebagian besar pengguna di Indonesia (67 %), Malaysia (66 %), Filipina (75 %), Thailand (63 %), dan Vietnam (74 %). Negara yang tidak membuahkan OTP sebagai prioritas hanyalah Singapura yang lebih memilih otentikasi 2 faktor.
Meski demikian, fitur keamanan lain jua dianggap tidak kalah penting bagi para pengguna, seperti penggunaan kehadiran 2FA dan keamanan biometrik. Selain itu, fitur keamanan machine learning buat memerangi serangan rekayasa sosial atau social engineering juga disambut baik oleh pengguna.
Fitur keamanan satu ini memungkinkan sistem buat mencegah penipuan secara otomatis berdasarkan sikap pembelanjaan dan riwayat transfer seorang pengguna. kemudian fitur keamanan yang menjadi prioritas terakhir pengguna adalah tokenisasi. Fitur ini umumnya memerlukan perangkat tambahan buat menampilkan angka acak yang dibutuhkan buat melakukan transaksi.